Westerling bukan seorang algojo atau pahlawan. Dirinya menurut saya hanya sekedar seorang prajurit petualang, Soldier of Fortune.. Alasan saya ini didasarkan :
1. Pertama, kesimpulan saya (bukan hasil penelitian yang perlu waktu lebih banyak) diambil dari pengamatan semata dari internet. Yaitu dari Wikipedia soal tokoh Raymond Pierre Paul Westerling dan Tentara Bayaran atau Mercenaries yang sering digelari juga "Soldier of Fortune" dan juga dari sumber lain yang saya ketahui. Sebagaimana tertulis disana Westerling direkrut Belanda sebagai Sukarelawan kemudian dilatih di Inggris dalam sekolah komando. Awalnya ditugaskan bersama kesatuan Inggris di India, kemudian setelah Jepang kalah tahun 1945 ditugaskan di Sumatera Utara. Kemungkinan besar hal ini dikaitkan dengan kegiatan RAPWI (Recovery of Allied Prisonersof War). Karena keberanian dan kemampuan militernya untuk melindungi kaum interniran Eropah dikota Medan (baca. van de Velde. Surat-surat dari Sumatera) dirinya menjadi terkenal sehingga dipuja jadi pahlawan. Tapi hal ini mungkin selesai setelah perang berahir. Setelah itu orang-orang Belanda tidak seperti itu lagi. Mereka paham bahwa Westerling bukan Pahlawan lagi karena perbuatannya sebenarnya banyak yang melawan hukum.
2. Mungkin sekitar tahun 1945-1946, Westerling diangkat sebagai komandan kesatuan DST (Depot Speciale Troepen). Dan pada Desember 1946, bersama pasukannya dan pasukan lain, ditugaskan di Sulawesi Selatan untuk menangani kerusuhan yang ditimbulkan oleh pasukan Indonesia (usaha penumpasan kerusuhan ini disebut sebagai Counter Insurgency). Dalam konflik bersenjata ini Westerling bertindak diluar batas kewenangannya sebagaimana yang tertulis dalam buku hukum militer VPTL (Voorschrift voor de uitoefening van de Politiek-Politionele Taak van het Leger). Rupanya pemerintah Hindia Belanda amat menganggap buku VTPL merupakan pedoman counter Insurgency yang harus dipatuhi. Tindakan diluar hukum militer antara lain berbentuk apa yang diberitakan surat kabar sebagai "Peristiwa Pembantaian Westerling". Dalam poster yang beredar di Jawa, Westerling dan pasukannya dituduh telah membantai 40.000 orang penduduk, walaupun angka ini belum pernah dibuktikan kebenarannya. Menyadari ini semua dan atas desakan sejumlah petinggi di Makassar dan Batavia, pemerintah Hindia Belanda ahirnya menarik Westerling. Atas perbuatannya yang sama di Jawa Barat pada pertengahan April 1948, dilanjutkan juga perbuatan pelanggaran hukum militer ditempat lain, maka berdasarkan keputusan Panglima KNIL Jenderal Spoor pada tanggal 16 November 1948, Westerling diberhentikan sebagai komandan DST dan dinas militer. Setelah itu statusnya adalah orang sipil. Melihat kenyataan ini, kalau benar Westerling melawan ketentuan pemerintah sebagaimana peraturan hukum militer. Maka dia dikategorikan bukan algojo pemerintah, tapi petualang yang hobinya membunuh orang ?.
3. Pada akhir tahun 1949, terdengar khabar bahwa Westerling berhasil mengumpulkan sejumlah orang bersenjata, serta mengadakan latihan-latihan kemiliteran. Tidak jelas mereka berasal dari kesatuan mana ?. Tapi ini rupanya adalah para prajurit KNIL yang tidak bersedia pindah kepada kesatuan APRIS. Disamping itu dorongan bisnis petualang militer mulai berkembang karena adanya dukungan Negara Pasundan dan Darul Islam yang pikirannya sejalan untuk melawan R.I.. Jadi kebutuhan kesatuan militer swasta itu, mirip seperti yang kita dengar sekarang sebagai PMC (Private military companies) mungkin ?. Hal ini menjadi jelas ketika nama "RAPI" (Ratu Adil Persatuan Indonesia) muncul yang memiliki angkatan bersenjata bernama "APRA" (Angkatan Perang Ratu Adil). Kegiatan aksinya dimulai di Bandung tanggal 23 Januari 1950, dengan melakukan teror dan pembunuhan terhadap sejumlah anggota SILIWANGI. RAPI juga berhasil melibatkan Jenderal Mayor Hamid Alkadri, Sultan Pontianak dan menteri kabinet RIS. Tapi mungkin karena kurang bisa berpetualang, Hamid akhirnya ditangkap dan dipenjara selama 10 tahun. Demikian pula pasukan APRA yang tidak berhasil ditumpas APRIS, semuanya jadi penghuni penjara-penjara militer. Westerling sendiri, atas dukungan sejumlah pejabat sipil dan militer, berhasil diloloskan keluar negeri. Inggris yang menangkapnya di Singapura, menolak untuk mengextradisikannya kembali ke Indonesia. Kasus Westerling sebagaimana biasanya suatu kesatuan tentara petualang yang bukan liar tapi tidak resmi, adalah sebuah operasi intelijen untuk melumpuhkan lawan. Setelah tidak berguna lagi, jejaknya harus dihapuskan. Setelah kembali ke Belanda melalui Belgia pada April 1952, Westerling bebas-bebas saja selaku warga negara Belanda lainnya. Dan pemerintah Indonesia juga tidak terlalu antosias untuk mempersoalkannya. Justru Duta besar Indonesia menjadi amat tersinggung karena dengan sombongnya Westerling pernah mengatakan bahwa dia enggan membunuh Presiden Soekarno ketika berpetualang di Indonesia, karena Bung Karno hanya berharga 5 sen, sedangkan proyek itu memerlukan sebuah peluru seharga 35 sen. Sungguh sangat keterlaluan.......Insting petualangannya belakangan pernah akan kejadian lagi, ketika Amerika menawarkan bisnis tersebut dalam perang Vietnam. Kelanjutannya tidak jelas. Mimpi-mimpinya jadi seorang konseptor pembangunan kesatuamn militer swasta mungkin dapat menginspirasikan pembuatan novel bak cerita Dogs of War atau The Wild Geese, barangkali ?
Foto, Westerling dihari tuanya, hidup tenang di Belanda.
No comments:
Post a Comment